di baca : 526 kali | Date 22 April
Penulis : Hindra Setya Rini (Penggagas bioscil Jogja)
Jogjanews.com - Bila sebelumnya bioscil (bioskop kecil) memilih tema film pendek anak-anak dengan penonton anak-anak, kali ini bioscil menggelar pemutaran film pendek bertema difabel dengan penonton dari komunitas difabel DAC (Deaf Art Community) yang bermarkas di Jalan Langenarjan Lor No. 16A, Panembahan,Kraton, Yogyakarta.
Kegiatan menonton film dan berbagi bersama melalui pemutaran film-film pendek ini dilaksanakan pada hari Sabtu (20/04) dimulai pukul 18.30 WIB. Sebelum pemutaran, pada pukul 15.30 WIB diadakan workshop melukis dengan jari pada media kaos terlebih dahulu yang diikuti sekitar 20 orang dari komunitas DAC.
Turut hadir pula para orang tua yang memberi dukungan anak-anak mereka, berpartisipasi dalam kegiatan acara ini termasuk terlibat dalam diskusi yang membicarakan perihal film dan difabel.
Pemutaran film yang semula direncanakan akan digelar di halaman layaknya layar tancap dalam skala kecil, bergeser ke dalam rumah dikarenakan gerimis yang tak kunjung berhenti sejak sore hari. Namun cuaca mendung tak menyurutkan teman-teman DAC untuk datang dan meramaikan acara hingga selesai.
Kapasitas ruang menonton yang berukuran sedang cukup membuat penonton sedikit berdesak-desakan saat pemutaran film berlangsung. Di hadiri sekitar 40-an penonton termasuk para orang tua, fasilitator DAC, sineas dan penyelenggara acara.
Fani, anggota DAC, dengan bahasa isyaratnya mengatakan, ia sangat senang dan tidak menyangka akan datang banyak orang dan menjadi ramai sekali acaranya. Ia berharap acara semacam bioscil terus ada sehingga bisa menjadi ruang (sarana) alternatif untuk saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman.
Juga menonton film-film yang belum pernah mereka tonton sebelumnya. Dari film yang ditonton, Fani jadi bisa melihat kelompok difabel yang lain, cara komunikasi hubungan yang berbeda dengan di komunitasnya. Meski berbeda, ia merasa mendapat pengalaman dan pengetahuan juga dari film yang ditonton.
Lebih jauh, ia berharap dengan acara seperti menonton film bersama, ngobrol dan diskusi termasuk dengan para orang tua mereka ini, masyarakat juga bisa semakin memahami keberadaan penyandang difabel dan menyadari bahwa mereka juga sama seperti yang lain.
“Dan kita adalah sama,” kata Fani menutup kesan dan perasaan yang ia rasakan setelah acara berakhir. Film-film yang diputar pada bioscil #3 adalah tiga film pendek dari komunitas DAC, salah satunya film “Berkebun” yang menjadi film terbaik pada kompetisi Film Pendidikan bertema difabel (Yogyakarta, 2013).
Lalu film “Boncengan” (sutradara Senoaji Julius) yang selalu mencuri perhatian, dan film “Bermula Dari A” (sutradara BW. Purba Negara) yang telah menjuarai di berbagai festival film baik nasional maupun internasional. Kehadiran para sutradara yang tak perlu diragukan lagi kepiawaiannya dalam membuat film tersebut, menambah semangat para orang tua yang turut berdiskusi pada malam itu.
Pembuat film dan penonton film saling bertukar pengalaman, pengetahuan, dan berbagi cerita tentang dunia difabel bersama-sama dalam satu ruang bertemu yang bersifat hangat, dekat dan penuh kekeluargaan. Ditemani kacang rebus, dan makanan ringan yang biasa kita temui di warung angkringan menambah suasana diskusi lebih santai dan akrab.
Dengan kata lain, film yang diputar memuat isu yang dekat dengan keseharian penontonnya. bioscil yang bermotto “screening, sharing, and telling stories” ini, sebagai pemutar film dengan skala ruang kecil tetap berharap kedepan bisa bertemu dan (atau) mempertemukan banyak orang dari kalangan /komunitas tak berbatas, bisa saling berbagi cerita untuk dijadikan pengalaman, pengetahuan, dan pembelajaran bersama melalui film-film.
Penulis : Hindra Setya Rini (Penggagas bioscil Jogja)
Jogjanews.com - Bila sebelumnya bioscil (bioskop kecil) memilih tema film pendek anak-anak dengan penonton anak-anak, kali ini bioscil menggelar pemutaran film pendek bertema difabel dengan penonton dari komunitas difabel DAC (Deaf Art Community) yang bermarkas di Jalan Langenarjan Lor No. 16A, Panembahan,Kraton, Yogyakarta.
Kegiatan menonton film dan berbagi bersama melalui pemutaran film-film pendek ini dilaksanakan pada hari Sabtu (20/04) dimulai pukul 18.30 WIB. Sebelum pemutaran, pada pukul 15.30 WIB diadakan workshop melukis dengan jari pada media kaos terlebih dahulu yang diikuti sekitar 20 orang dari komunitas DAC.
Turut hadir pula para orang tua yang memberi dukungan anak-anak mereka, berpartisipasi dalam kegiatan acara ini termasuk terlibat dalam diskusi yang membicarakan perihal film dan difabel.
Pemutaran film yang semula direncanakan akan digelar di halaman layaknya layar tancap dalam skala kecil, bergeser ke dalam rumah dikarenakan gerimis yang tak kunjung berhenti sejak sore hari. Namun cuaca mendung tak menyurutkan teman-teman DAC untuk datang dan meramaikan acara hingga selesai.
Fani, anggota DAC, dengan bahasa isyaratnya mengatakan, ia sangat senang dan tidak menyangka akan datang banyak orang dan menjadi ramai sekali acaranya. Ia berharap acara semacam bioscil terus ada sehingga bisa menjadi ruang (sarana) alternatif untuk saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman.
Juga menonton film-film yang belum pernah mereka tonton sebelumnya. Dari film yang ditonton, Fani jadi bisa melihat kelompok difabel yang lain, cara komunikasi hubungan yang berbeda dengan di komunitasnya. Meski berbeda, ia merasa mendapat pengalaman dan pengetahuan juga dari film yang ditonton.
Lebih jauh, ia berharap dengan acara seperti menonton film bersama, ngobrol dan diskusi termasuk dengan para orang tua mereka ini, masyarakat juga bisa semakin memahami keberadaan penyandang difabel dan menyadari bahwa mereka juga sama seperti yang lain.
Lalu film “Boncengan” (sutradara Senoaji Julius) yang selalu mencuri perhatian, dan film “Bermula Dari A” (sutradara BW. Purba Negara) yang telah menjuarai di berbagai festival film baik nasional maupun internasional. Kehadiran para sutradara yang tak perlu diragukan lagi kepiawaiannya dalam membuat film tersebut, menambah semangat para orang tua yang turut berdiskusi pada malam itu.
Pembuat film dan penonton film saling bertukar pengalaman, pengetahuan, dan berbagi cerita tentang dunia difabel bersama-sama dalam satu ruang bertemu yang bersifat hangat, dekat dan penuh kekeluargaan. Ditemani kacang rebus, dan makanan ringan yang biasa kita temui di warung angkringan menambah suasana diskusi lebih santai dan akrab.
Dengan kata lain, film yang diputar memuat isu yang dekat dengan keseharian penontonnya. bioscil yang bermotto “screening, sharing, and telling stories” ini, sebagai pemutar film dengan skala ruang kecil tetap berharap kedepan bisa bertemu dan (atau) mempertemukan banyak orang dari kalangan /komunitas tak berbatas, bisa saling berbagi cerita untuk dijadikan pengalaman, pengetahuan, dan pembelajaran bersama melalui film-film.
Sebagai tambahan info, apabila tertarik mengenal teman-teman DAC Jogja lebih dekat, silahkan menonton aksi mereka dalam acara “Gelar Pantomime Jogja” di Concert Hall TBY, pada tanggal 29 April 2013, pukul 19.00 WIB (Gratis!). Mengenai bioscil lebih lengkap dapat dikunjungi ke alamat berikut: www.bioscil.blogspot.com
baca juga: